Dwi Widya's


Empal Sapi Sie KOnsumsi

Posted in Icip-Icip oleh Dwi Widya pada November 28, 2009

Bisa dihitung pake 5 jari (mungkin nggak sampe) seumur-umur jadi sie konsumsi. Bukan apa-apa, tapi mungkin karena sudah nampak nggak ada jaminan konsumsi bakal beres.
Acara qurban kantor di yayasan hari ini lumayan bikin bau sangit, dan baju kena gosong-gosong. Anyway…I enjoyed it.
estimasi awal masak gulai dengan 5kg daging sapi sudah sangat cukup. Ternyata, maaf se maaf-maafnya…ada yang kebagian. Terutama ibu-ibu yayasan yang dah bantu kita. Padahal, udah ditambah 3.5 kg daging yang dimasak empal. Masih nggak cukup juga.
Ngomong-ngomong soal empal, sempet ngicip dikit pas baru mateng, kok enak banget ya. Pas nyadar ternyata belum rejekinya, alias kehabisan, langsung deh memburu si ibu yang masak empal tadi. Tanya pake bumbu apa, caranya gimana..bla bla bla.
Sampe rumah, ternyata ada yang sms, nanya enaknya daging dimasak apa ya untuk acara besok…^_^ kubalaslah dengan penuh tendensi…”masak empal aja”.
Ternyata, jabatan sie konsumsi tak berakhir begitu saja. KArena ada banyak daging di rumah, ibu memintaku untuk ngolah daging-daging itu…”terserah mau diapain deh, yang penting enak”. Hu hu hu…apalagi kalo bukan empal yang bakal kubuat. Kupas-kupas, uleg-uleg, tumis-tumis, sreng sreng sreng…jadi deh. Uenaaknya, masya Allah, karena emang laper kali ya. Masak sendiri, makan sendiri, ngalem sendiri =p
Puaass!!! Alhamdulillah…hati senang, perut kenyang.

Empal Sapi a la Q.10
Bahan-bahan
Daging sapi, potong agak lebar dan tipis
Santan
Bawang merah, bawang putih
Ketumbar, Kemiri
Lengkuas, Jahe (sedikit)
Garam, Gula merah
Caranya:
All bumbu dihaluskan
Bumbu ditumis sampai harum
Masukan santan, tambahkan asam jawa, didihkan
Masukan daging, masak dengan api agak kecil sampai daging empuk dan santan habis
Goreng daging sapi tadi sampai kecoklatan.
Lebih enak dimakan dengan nasi hangat dan sambal

Asma binti Yazid Sang Orator Pemberani

Posted in Mar'ah Shalihah oleh Dwi Widya pada November 28, 2009

MUJAHIDAH
Ia berani terjun ke medan perang demi menegakkan agama Allah SWT.


Sejarah Islam mencatat nama Asma binti Yazid dengan tinta emas. Ia dikenang sebagai salah seorang Mujahidah agung yang pernah dimiliki peradaban Islam. Betapa tidak. Asma merupakanahli hadis yang mulia, Ia juga seorang Muslimah yang taat, serta dikenal sebagai ahli pidato. Tak heran jika Asma ditabalkan sebagai ”orator wanita” di zaman Rasulullah SAW.

Sejatinya, ia bernama lengkap Asma binti Yazid bin Sakan bin Rafi bin Imri`il Qais bin Abdul Asyhal bin Harits. Asma bersal dari suku Aus al-Asyhaliyah. Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Mustafa Abu Nashr Asy-Syibli dalam bukunya berjudul Wanita Teladan, menggambarkan Asma dengan begitu banyak keistimewaan.

Menurut Mahmud dan Mustafa, Asma adalah seorang Muslimah yang halus perasaan dan budi bahasanya. ”Ia adalah wanita pemberani,” tutur Mahmud. Asma adalah seorang Muslimah yang berani mengeluarkan pendapat dan tidak mau menerima penghinaan. Ia berani terjun ke sejumlah medan perang demi menegakkan agama Allah SWT.

Asma tercatat sebagai Mujahidah pertama yang mampu mengalahkan dan membunuh sembilan tentara Romawi di medan jihad. Asma ikut serta dalam perang Yarmuk dengan tugas membagi air minum dan merawat mujahid yang terluka. Ia pun berhasil menyelamatkan diri dari serangan musuh danl membunuh sembilan tentara Romawi dengan tiang kemah.

”Teguh pendiriannya dan pejuang yang gagah berani, dia adalah contoh Muslimah pelopor dalam berbagai bidang,” tutur Mahmud. Keislaman Asma dimulai ketika ia mendatangi Rasululah SAW untuk berbai’at. Nabi Muhammad SAW membai’at para wanita setelah mendapat perintah dari Allah SWT dalam surat al-Mumtahanah ayat 12.

”Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Asma berbai’at kepada nabi dengan penuh kejujuran dan keikhlasan. Dalam riwayat kitab-kitab sirah dikisahkan, saat melakukan bai’at Asma mengenakan dua gelang emas yang besar, maka Nabi SAW bersabda : “Tanggalkanlah kedua gelangmu wahai Asma, tidakkah kamu takut jika Allah mengenakan gelang kepadamu dengan gelang dari api neraka?”

Tanpa ragu dan tanpa komentar Asma pun mengikuti perintah Rasululah SAW, dengan melepaskan dan meletakkan kedua gelangnya di hadapan Rasulullah SAW. Ia begitu taat menjalankan perintah agama. Asma selalu aktif mendengarkan setiap hadis Rasulullah SAW yang mulia. Namun, ia adalah sosok Muslimah yang tak malu bertanya dan kritis. Asma kerap bertanya tentang persoalan-persoalan agama yang belum dipahaminya. Ia mewakili kaum Muslimah bertanya langsung kepada Rasulullah SAW tentang tata cara thaharah (bersuci) bagi wanita yang selesai haid.

Asma adalah sosok pribadi yang kuat. Ia tidak malu menanyakan sesuatu yang haq (benar). Ibnu Abdil Barr melukiskan sosok Asma dengan ungkapan, ”Beliau adalah seorang wanita yang cerdas dan bagus agamanya”. Ia selalu dipercaya oleh kaum Muslimah sebagai wakil mereka untuk berbicara dengan Rasulullah SAW tentang persoalan–persoalan yang mereka hadapi.

Pada suatu ketika Asma mendatangi Rasulullah SAW dan bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya adalah utusan bagi seluruh wanita Muslimah di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sesuai dengan pendapatku.

Sesungguhnya Allah SWT mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan wanita, kemudian kami beriman kepadamu dan membai’atmu. Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum lelaki, dan kami adalah tempat melampiaskan syahwat mereka.

kamilah yang mengandung anak-anak mereka, akan tetapi kaum lelaki mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat jum`at, mengantar jenazah dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad kamilah yang menjaga harta mereka, yang mendidik anak-anak mereka, maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?”

Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah menoleh kepada para sahabat dan bersabda,” “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agama yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”. Para sahabat menjawab, “Benar, kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!”

Kemudian Rasulullah bersabda: “Kembalilah wahai Asma dan beritahukanlah kepada para wanita yang berada di belakangmu bahwa perlakuan baik salah seorang di antara mereka kepada suaminya, dan meminta keridhaan suaminya, mengikuti (patuh terhadap) apa yang ia disetujuinya, itu semua setimpal dengan seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki.

Pahlawan Perang Yarmuk itu tutup usia pada akhir tahun 30 Hijriyah. Semoga jejak perjuangannya selalu dijadikan teladan para Muslimah.

heri ruslan

Keberanian

Posted in Hikmah oleh Dwi Widya pada November 25, 2009

Saudara yang paling dekat dari naluri kepahlawanan adalah keberanian. Pahlawan sejati selalu merupakan seorang pemberani sejati. Tidak akan pernah seseorang disebut pahlawan, jika ia tidak pernah membuktikan keberaniannya. Pekerjaan-pekerjaan besar atau tantangan-tantangan besar dalam sejarah selalu membutuhkan kadar keberanian yang sama besarnya dengan pekerjaan dan tantangan itu. Sebab, pekerjaan dan tantangan besar itu selalu menyimpan resiko. Dan, tak ada keberanian tanpa resiko.

Naluri kepahlawanan adalah akar dari pohon kepahlawanan. Akan tetapi, keberanian adalah kekuatan yang tersimpan dalam kehendak jiwa, yang mendorong seseorang untuk maju menunaikan tugas, baik tindakan maupun perkataan, demi kebenaran dan kebaikan, atau untuk mencegah suatu keburukan dan dengan menyadari sepenuhnya semua kemungkinan resiko yang akan diterimanya.

Cobalah perhatikan ayat-ayat jihad dalam Al-Quran. Perintah ini hanya dapat terlaksana di tangan para pemberani. Cobalah perhatikan betapa Al-Quran memuji ketegaran dalam perang, dan sebaliknya membenci para pengecut dan orang-orang yang takut pada resiko kematian. Apakah yang dapat kita pahami dari hadis riwayat muslim ini, “Sesungguhnya pintu-pintu surga itu berada dibawah naungan pedang?” Adakah makna lain, selain dari kuatnya keberanian akan mendekatkan kita ke surga? Maka, dengarkanlah pesan Abu Bakar kepada tentara-tentara Islam yang berperang, “Carilah kematian, niscaya kalian akan mendapatkan kehidupan.”

Sebagian dari keberanian itu adalah fitrah yang tertanam dalam diri seseorang. Sebagian yang lain biasanya diperoleh melalui latihan. Keberanian, baik yang bersumber dari fitrah maupun melalui latihan, selalu mendapatkan pijakan yang kokoh pada kekuatan kebenaran dan kebajikan, keyakinan dan cinta yang kuat terhadap dan jalan hidup, kepercayaan pada akhirat, dan kerinduan yang menderu-deru kepada Allah. Semua itu adalah mata air yang mengalirkan keberanian dalam jiwa seorang mukmin. Bahkan, meskipun kondisi fisiknya tak terlalu mendukungnya, seperti jenis keberanian Ibnu Masud dan Abu Bakar. Sebaliknya, ia bisa menjadi lebih berani dengan dukungan fisik, seperti keberanian Umar, Ali, dan Khalid.

Akan tetapi, Islam hendak memadukan antara keberanian fitrah dan keberanian iman. Maka, beruntunlah ajaran-ajarannya menyuruh umatnya melatih anak-anak untuk berenang, berkuda, dan memanah. Dengarlah sabda Rasulullah saw, “Ajarilah anakmu berenang sebelum menulis. Karena ia bisa diganti orang lan jika ia tak pandai menulis, tapi ia tidak dapat diganti orang lain jika ia tak mampu berenang.”

Dengar lagi sabdanya, “Kekuatan itu pada memanah, kekuatan itu pada memenah, kekuatan itu pada memanah.” Itu semua sekelompok keterampilan fisik yang mendukung munculnya keberanian fitrah. Tinggal lagi keberanian iman. Maka, dengarlah nasihat Umar, “Ajarkanlah sastra kepada anak-anakmu, karena itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani.”

Dan kepada orang-orang Romawi yang berlindung di balik benteng di Kinasrin, Khalid berkata, “Andaikata kalian bersembunyi di langit, niscaya kuda-kuda kami akan memanjat langit untuk membunuh kalian. Andaikata kalian berada di perut bumi, niscaya kami akan menyelami bumi untuk membunuh kalian. ” Roh kebereranian itu pun memadai untuk mematikan semangat perlawanan orang-orang Romawi. Mereka takluk. Mungkinkah kita mendengar ungkapan itu lagi hari ini?

Anis Matta, ‘Serial Kepahlawanan’.

Cara Memilih Jalan

Posted in Hikmah oleh Dwi Widya pada November 24, 2009

Kawan-kawan Abu Nawas merencanakan akan mengadakan perjalanan wisata ke hutan. Tetapi tanpa keikutsertaan Abu Nawas perjalanan akan terasa memenatkan dan membosankan. Sehingga mereka beramai-ramai pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengajaknya ikut serta. Abu Nawas tidak keberatan. Mereka berangkat dengan mengendarai keledai masing-masing sambil bercengkrama.
Tak terasa mereka telah menempuh hampir separo perjalanan. Kini mereka tiba di pertigaan jalan yang jauh dari perumahan penduduk. Mereka berhenti karena mereka ragu-ragu. Setahu mereka kedua jalan itu memang menuju ke hutan tetapi hutan yang mereka tuju adalah hutan wisata. Bukan hutan yang dihuni binatang-binatang buas yang justru akan membahayakan jiwa mereka.

Abu Nawas hanya bisa menyarankan untuk tidak meneruskan perjalanan karena bila salah pilih maka mereka semua tak akan pernah bisa kembali. Bukankah lebih bijaksana bila kita meninggalkan sesuatu yang meragukan? Tetapi salah seorang dari mereka tiba-tiba berkata, “Aku mempunyai dua orang sahabat yang tinggal dekat semak-semak sebelah sana. Mereka adalah saudara kembar. Tak ada seorang pun yang bisa membedakan keduanya karena rupa mereka begitu mirip. Yang satu selalu berkata jujur sedangkan yang lainnya selalu berkata bohong. Dan mereka adalah orang-orang aneh karena mereka hanya mau menjawab satu pertanyaan saja.”

“Apakah engkau mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?” tanya Abu Nawas.

“Tidak.” jawab kawan Abu Nawas singkat.

“Baiklah kalau begitu kita beristirahat sejenak.” usul Abu Nawas.

Abu Nawas makan daging dengan madu bersama kawan-kawannya.

Seusai makan mereka berangkat menuju ke rumah yang dihuni dua orang kembar bersaudara. Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua orang kembar bersaudara itu.

“Maaf, aku sangat sibuk hari ini. Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja. Tidak boleh lebih.” katanya. Kemudian Abu Nawas menghampiri orang itu dan berbisik. Orang itu pun juga menjawab dengan cara berbisik pula kepada Abu Nawas. Abu Nawas mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.

“Hutan yang kita tuju melewati jalan sebelah kanan.” kata Abu Nawas mantap kepada kawan-kawannya.

“Bagaimana kau bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar atau yang selalu berkata bohong?” tanya salah seorang dari mereka.

“Karena orang yang kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri.” kata Abu Nawas.

Karena masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan. “Tadi aku bertanya: Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang menuju hutan yang indah?” Bila jalan yang benar itu sebelah kanan dan bila orang itu kebetulan yang selalu berkata benar maka ia akan menjawab: Jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara Kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berbohong. Bila orang itu kebetulan yang selalu berkata bohong, maka ia akan menjawab: jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berkata benar.

http://feeds.feedburner.com/blogspot/HPzr

Go It!

Posted in 1 oleh Dwi Widya pada November 22, 2009

Keywords for this week

Sabar adalah semangat hidup
Diawali dengan ikhtiar, diakhiri dengan ridha dan ikhlas. Tanpa batas.

Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang bersabar, maka ia diberi kekuatan sabar oleh Allah SWT. Seseorang akan diberi kebaikan oleh Allah SWT dan kelapangan hidup karena ia telah bersabar.” (HR. Bukhari Muslim)

Menggapai cita-cita dan visi besar, menunaikan segala tugas dan kewajiban yang senantiasa hadir untuk membuat kita semakin besar sebagai manusia, sebagai hamba.

Maka sabar adalah sikap… Bersungguh-sungguh, untuk belajar, berikhtiar, menunaikan tugas dan kewajiban,

Dan sabar adalah rasa… Ketenteraman dan kebahagiaan

Hingga Ia selalu ada dalam tiap gerak langkah, bahkan dalam tiap desah nafas kita.

Happy forevermore… ^_^

Izinkan membuktikan…

Posted in Dien oleh Dwi Widya pada November 20, 2009

Baru saja, dalam kesempatan chatting dengan sohib dekatku yang jauh di sana…

Sohibku: “Ukh, Kiki dah pernah bilang ke anti kalau Kiki sayang anti?”
Me: “Sudah, berkali-kali… Lagi juga boleh..”
Sohibku: “anauhibukifillah…semoga Allah mengizinkanku untuk membuktikannya”
Me: “aamiin”
“Ki, dah pernah bilang ke anti belum hal yang sama? belum ya..hiks”
“Ki…begitu menyayangimu karena Allah..Ya Allah beri aku kesempatan untuk membuktikannya”

“Tidaklah seseorang diantara kalian dikatakan beriman, hingga dia mencintai sesuatu bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai sesuatu bagi dirinya sendiri.”

Dalam Syarah Hadits Arba’in An-Nawawiyah dijelaskan sebagai berikut:

(“Tidaklah seseorang beriman” maksudnya adalah -pen). Para ulama berkata, “yakni tidak beriman dengan keimanan yang sempurna, sebab jika tidak, keimanan secara asal tidak didapatkan seseorang kecuali dengan sifat ini.”

Maksud dari kata “sesuatu bagi saudaranya” adalah berupa ketaatan, dan sesuatu yang halal. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i.

“…hingga dia mencintai bagi saudaranya berupa kebaikan sebagaimana dia mencintai jika hal itu terjadi bagi dirinya.”

Syaikh Abu Amru Ibnu Shalah berkata, “Hal ini terkadang dianggap sebagai sesuatu yang sulit dan mustahil, padahal tidaklah demikian, karena makna hadits ini adalah tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai bagi keislaman saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya. Menegakkan urusan ini tidak dapat direalisasikan dengan cara menyukai jika saudaranya mendapatkan apa yang dia dapatkan, sehingga dia tidak turut berdesakan dengan saudaranya dalam merasakan nikmat tersebut dan tidak mengurangi kenikmatan yang diperolehnya. Itu mudah dan dekat dengan hati yang selamat, sedangkan itu sulit terjadi pada hati yang rusak, semoga Allah Ta’ala memaafkan kita dan saudara-saudara kita seluruhnya.”

Abu Zinad berkata, “Sekilas hadits ini menunjukkan tuntutan persamaan (dalam memperlakukan dirinya dan saudaranya), namun pada hakekatnya ada tafdhil (kecenderungan untuk memperlakukan lebih), karena manusia ingin jika dia menjadi orang yang paling utama, maka jika dia menyukai saudaranya seperti dirinya sebagai konsekuensinya adalah dia akan menjadi orang yang kalah dalam hal keutamaannya. Bukankah anda melihat bahwa manusia menyukai agar haknya terpenuhi dan kezhaliman atas dirinya dibalas? Maka letak kesempurnaan imannya adalah ketika dia memiliki tanggungan atau ada hak saudaranya atas dirinya maka dia bersegera untuk mengembalikannya secara adil sekalipun dia merasa berat.”

Diantara ulama berkata tentang hadits ini, bahwa seorang mukmin satu dengan yang lain itu ibarat satu jiwa, maka sudah sepantasnya dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana mencintai untuk dirinya karena keduanya laksana satu jiwa sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:

“Orang-orang mukmin itu ibarat satu jasad, apabila satu anggota badan sakit, maka seluruh jasad turut merasakan sakit dengan demam dan tidak dapat tidur.” (HR. Muslim)

“Saudara” yang dimaksud dalam hadits tersebut bukan hanya saudara kandung atau akibat adanya kesamaan nasab/ keturunan darah, tetapi “saudara” dalam artian yang lebih luas lagi. Dalam Bahasa Arab, saudara kandung disebut dengan Asy-Asyaqiiq ( الشَّّقِيْقُ). Sering kita jumpa seseorang menyebut temannya yang juga beragama Islam sebagai “Ukhti fillah” (saudara wanita ku di jalan Allah). Berarti, kebaikan yang kita berikan tersebut berlaku bagi seluruh kaum muslimin, karena sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara.

Adalah hadist dari Abu Hurairah yang telah disepakati al-Bukhary & Muslim Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihy wasallam bersabda:
“Ada 7 golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya Pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya,yaitu…
[1]Pemimpin yang adil
[2]Pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya
[3]Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut dengan Masjid
[4]Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul & berpisah karena Allah
[5]Seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan cantik & berkedudukan untuk berzina tetapi dia berkata, “Aku takut kepada Allah”
[6]Seorang yang memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya
[7]Seseorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga bercucuran air matanya.”

Dalam riwayat Muslim yang lain, hadist dari Abu Hurairah
Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihy wasallam bersabda:

Sesungguhnya kelak di hari kiamat, Allah akan berfirman, “Dimana orang2 yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepada-Nya dalam naungan-Ku
di saat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku”
“Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai. Apakah tidak perlu aku tunjukkan pada satu perkara, jika kalian melakukannya, maka niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian…”

Hadist dari Umar bin Khattab, diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam at-Tamhid Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihy wasallam bersabda:
Allah mempunyai hamba-hamba yang bukan nabi & bukan syuhada,
tapi para nabi & syuhada tertarik oleh kedudukan mereka di sisi Allah.
Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa mereka & bagaimana amal mereka?
Semoga saja kami bisa mencintai mereka.”

Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihy wasallam bersabda,
“Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai dengan karunia dari Allah.
Mereka tidak memiliki hubungan nasab & tidak memiliki harta yang mereka kelola bersama. Demi Allah mereka adalah cahaya & mereka kelak akan ada di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Mereka tidak merasa takut ketika banyak manusia merasa takut.
Mereka tidak bersedih ketika banyak manusia bersedih”

Wa allahua’lam bi shawab

RanDy

Posted in 1 oleh Dwi Widya pada November 20, 2009

Everyday in RanDy’s room, masya Allah, dari 5 modul yang harus jadi baru 1 modul yang bener-bener ok. Lainnya, ada yang logikanya kebalik-balik, duty cyclenya gak sesuai, osilator nggak jalan, dsb…dsb. Padahal developementnya dah jalan dari sebelum idul fitri. Akibatnya, beberapa hari ini kena sindrom pegel2, ngantuk di pagi hari, cenut2 di leher. Ya Allah nyuwun diparingi kesabaran lan kekuatan.

Rabbi dzidni ‘ilman war zuqni fahman…aamiin

Kalau dah stag di hardware, kami disarankan untuk kembali study literature (ya iya, pastinya, masa’ mau nunggu datengnya wahyu tanpa ikhtiar). Padahal, all of them…absolutely in English. Ho ho ho.
Hey, don’t give up on your faith…

Ya Allah, keluarkan aku dari gelapnya kebingungan dan muliakan aku dengan cahaya pemahaman. Ya Allah, bukakan kepada kami pintu-pintu rahmat-Mu, dan curahkan kepada kami khazanah-khazanah ilmu-Mu dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.

Cari Bekal

Posted in Hikmah oleh Dwi Widya pada November 19, 2009

Alhamdulillah…
Selamat untuk teman, sahabat seperjuangan, dan adik-adik yang berhasil melalui 1 episode hidup di kampus. Barakallah.
Untuk teman-teman yang masih setia di garis perjuangan kampus, jangan putus asa yah…
Setelah meng-sms beberapa teman, ada satu balasan yang lumayan eMJeJe.
Welcome to the jungle” begitu sedikit petikan sms-ku. And she replied “ukhtiy…berharap pengalaman dalam rimba hidup membuat kita semakin kaya dengan bekal menuju kehidupan yang kekal”. Jazakillah sista

Kuncup Mujahidah

Posted in Hikmah oleh Dwi Widya pada November 19, 2009

Kami senantiasa berhimpun dalam satu forum yang biasa ku sebut taman cinta. Ada dua taman cinta yang kini telah menjadi lukisan dalam memoriku. Mereka adalah kuncup-kuncup mujahidah (begitu biasa kusebut dalam tiap sms remainder, motivasi, atau undangan), yang menjadi pengunjung taman itu. Sekarang mereka bukan lagi kuncup, mereka adalah bunga mujahidah yang mengharumkan taman-taman cinta yang lain dan sudut perjuangan dalam ruang lingkupnya masing-masing. Namun, mereka tetaplah mutiaraku.

Ahad pagi, beberapa buku sudah kusiapkan sejak malam harinya, lembar-lembar penunjang, spidol, juga sudah siap. Tak lupa sedikit cemilan dan teh hangat kuhidangkan untuk menegakan tulang punggung dan merekahkan senyum mereka, karena tanpa itu ada saja yang nyeletuk “mbak nggak ada logika nih tanpa logistik”. Every sunday morning, the best smile and best performance, special for kuncup mujahidahku.

Sejak semalam sampai setengan jam sebelum gerbang taman cinta dibuka, tak jarang di Hud-hud berkicau “tut tut tut tut”, bisa ditebak, “mbak afwan ijin telat ya…10 menit aja” atau “afwan mbak, njemput si Fulanah dulu ya, jadi kayanya telat”, ada juga yang dengan rasa bersalah “mbak, siap di iqob. Ijin telat 30 menit, ngurus acara di fakultas dulu, nggak ada yang lain”. Bagi kami, itu adalah salah satu fragmen yang akan menjadi pelajaran berharga akan nilai waktu, komitmen, dan kepercayaan.

Adanya mereka adalah penyemangat, pengingat, juga pelipur, saat merasa lelah berjalan dan jenuh berfikir.
Saat merasa kecewa dengan dinamika yang ada, justru kecewa itu adalah cambukan yang membuatku berfikir, kesalahan apa yang kulakukan hingga mereka tak seperti yang seharusnya? Bisa jadi mereka lebih kecewa.
Adanya mereka justru membuatku menerima lebih, dengan sedikit memberi.
Sungguh, mendidik berarti membuatku terdidik; melatih menjadikanku terlatih; mendewasakan membuatku terdewasakan; mengingatkan berarti aku jadi teringatkan.
Dan, di akhir kebersamaan kami…”Mbak, You will always be our Murobbi”, dengan senyum haru ku jawab “of course dear…dan kalian akan selalu menjadi mutiaraku”

Jika cinta yang ada karena kecintaan padaNya, semoga rindu yang ada juga karena kerinduan padaNya
^_^

Setiap Anak Terlahir Kreatif

Posted in Aulade Gemilang oleh Dwi Widya pada November 18, 2009

KREATIVITAS dapat dipupuk dan dibentuk dalam lingkungan yang mendukung. Apalagi setiap anak dilahirkan dengan bakat kreatif.

Tokoh-tokoh di bidang seni, banyak yang mengakui sebagai orang yang kreatif. Siapa yang tidak kenal lagu-lagu ciptaan Melly Goeslaw yang orisinal atau lukisan karya Basuki Abdullah yang diakui seluruh dunia.

Namun, kreativitas tidak hanya terbatas pada seni. Kreativitas merupakan sikap yang tak hanya melibatkan pola pikir melainkan kemampuan anak menyelesaikan masalah. Tengoklah betapa Thomas Alva Edisson pencipta lampu pijar yang jatuh bangun mempertahankan ide dan kreativitasnya. Sementara orang lain mencemooh betapa konyol hal yang ia kerjakan. Kreatif tak hanya memiliki dan menjalankan ide, juga mampu mencari keunggulan dari kreativitas itu.

Irma Gustiana Andriani MPsi dari LPTUI mengatakan, sikap kreatif bisa muncul karena dua faktor, yaitu secara genetik, ada bakat kreatif atau bisa dirangsang dari lingkungannya. Ciri anak kreatif adalah anak yang mempunyai rasa ingin tahu yang besar, selalu bertanya dan tidak pernah puas dengan jawaban yang diberikan.
“Selain itu, mereka juga mempunyai minat yang tinggi dalam membaca sehingga pengetahuannya lebih luas, selalu aktif, cenderung percaya diri, dan cepat tanggap merupakan ciri lainnya. Mereka juga mempunyai banyak ide yang terkadang agak aneh,” sebut Irma.

Saat ini banyak permainan dan kelompok belajar yang dapat mengasah kreativitas anak. Karena itu, anak diharapkan dapat mengeluarkan seluruh kebiasaannya dan dapat belajar dari lingkungannya. Seperti yang dikatakan seorang pendidik kenamaan dari Inggris, Arthur J Cropley, tak seorang pun yang tidak memiliki kreativitas karena jika demikian sama seperti tidak memiliki kepintaran sama sekali.

“Tidak kreatif berarti anak tidak berpikir dan tidak melakukan apa-apa. Sebab itu, sangat kecil kemungkinannya orangtua tak mampu membentuk kreativitas anak,” ujar Cropley.

Di sisi lain, banyak juga anak yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan daya kreativitasnya karena tidak adanya media untuk menyalurkannya maupun kurangnya perhatian orangtua.

Pola pengajaran di sekolah juga sebaiknya jangan terlalu menekan atau bahkan membatasi anak dalam mengeksplorasi dirinya sehingga membuat mereka merasa apa yang dikemukakan selalu salah. “Padahal, dengan selalu memberikan kebebasan, daya kreativitas mereka semakin terasah,” tegas Irma.

Rangsangan yang bersifat motorik bisa dilakukan agar anak menjadi pribadi yang kreatif dan mampu menangkap segala apa yang dilihat dan dirasakannya. Pada umur 2-3 tahun daya tangkap anak sudah baik. Karena itu, sudah bisa diajarkan permainan-permainan yang lebih kompleks. Sebagai orangtua, menyediakan media sebagai tempat untuk anak bermain dan bereksplorasi untuk menyalurkan kreativitasnya adalah suatu kewajiban.

Hal senada diungkapkan Prof Dr SC Utami Munandar, dalam bukunya, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Pada saat anak berusia 1-4,5 tahun adalah masa puncak kreativitas anak. Pada saat inilah anak mudah menyerap dan mengembangkan hal-hal baru yang ia dapat. Sel-sel otak si kecil yang sedang berkembang pesat sangat membantunya untuk menyerap pengetahuan baru yang ia peroleh.

“Namun, tentu saja tetap dibutuhkan peran lingkungan untuk bisa mengoptimalkannya. Karena itulah stimulasi yang diberikan orangtua sangat diperlukan,” ujar Utami.
(sindo//tty) [okezone]

Laman Berikutnya »